Kamis, 03 Juli 2008

Richard Gere jualan kalkun di pasar ngasem





Siang itu Luhung sedang duduk bersama Joy di kantin kampus Joy.

Luhung: Mana artikel yang mo kamu kirim ke Situs berita Online? Katanya sudah jadi.

Joy yang sedang utak-utik Laptop didepannya menyahut: nah..da jadi.Ini baca dulu!

Luhung mulai membaca pelan-pelan tulisan dilayar laptop Joy yang kini berada dihadapannya.


Tak percaya kalau Richard Gere jualan kalkun di pasar ngasem? Aq juga ga percaya kalau Richard gere yang ganteng(walaupun sudah tua) pernah jualan kalkun di pasar ngasem. Namun ternyata itu benar adanya.gini nih ceritanya....

Sembari mempersilahkan saya menikmati semangkuk es buah kweni bersantan buatan sendiri, pak Daud menceritakan suatu kejadian yang lucu mengenai artis Richard Gere saat berada di Yogyakarta.Pada saat itu Richard Gere disuruh menyamar sebagai penjual kalkun-hewan peliharaan Pak Daud. Richard Gere berangkat ke pasar Ngasem dengan sepeda motor berkeranjang penuh Kalkun. “Untung saja para pengunjung pasar tidak menyadari bahwa penjual kalkun itu Richard Gere, kalau tidak pasti sudah ribut pasarnya!” cerita pak Daud sambil tertawa terbahak-bahak.

Siapa pak daud itu hingga bisa menyuruh Richard Gere jualan kalkun? Pak daud adalah pemilik Depot Pak Raden (DPR), sebuah cafe bercorak etnik di kawasan demangan baru Yogyakarta, Indonesia. Jauh dari perkiraan ku semula, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Daud Wiryo Hadinagoro sebagai tokoh batik nasional ternyata menyambut ku dengan ramah dan terkesan low profile.

Sore itu aq ditemui Bapak yang terlihat tetap muda bersama Karlina Kurniawati selaku Ketua Dewan Forum Cinta Anak Bangsa, dan Raden Kresna Mahendratanto Ketua Forum Cinta Anak Bangsa. Ruang kerja pribadi yang sejuk karena pendingin ruangan ternyata tidak menghentikan Pak Daud-panggilan akrab beliau, untuk menceritakan hobi tercintanya, yaitu membatik.

Lahir dari keluarga pembatik, darah seni mengalir deras kepada Raden Petrus Haryono yang terkenal sebagai penemu warna hijau telek (hijau muda) dari bahan alami menugaskan Genduwo-nama panggilan KRT Daud Wiryo Hadinagoro dari Sultan HB IX, untuk melipat-lipat kain batik yang diproduksinya. Tugas dari ayah ini dirasakan berat pada awalnya, namun sejak itu kecintaan akan batik mulai timbul.

Masa kecil yang banyak dihabiskan di Kraton sebagai penari dibawah bimbingan Romo Saas membuat Pak Daud akrab dengan adat dan tradisi jawa. Kecintaan akan Budaya inilah yang menjadi alasan untuk tetap tinggal di Yogyakarta dan melestarikan batik. Berbekal keinginan mengembangkan Batik, maka saat empat tahun dihabiskan untuk mengumpulkan 3000 filosofi batik dan berhasil dibukukan sebagai koleksi pribadi.

Pada saat itu pengusaha batik di Indonesia tercatat sebanyak enam ribu tiga ratus orang, hal ini yang memberatkan langkah pria yang memajang puluhan foto diri dengan berbagai artis dan tokoh baik dalam maupun Luar negeri pada dinding cafe DPR. Namun bermodal surat pernyataan dukungan dari Sultan HB X, maka rasa percaya diri untuk mengembangkan batik semakin besar.

Puluhan karya, seminar dan penghargaan diperoleh sebagai tanda keberhasilan kerja keras selama ini. Mulai dari Primaniyarta, Peniti kepedulian HIV Society, penerima Usaha Pelestarian Budaya sampai penghargaan dari Bamus Betawi sebagai Pencipta 25 Prototype Batik Betawi. Namun dengan banyaknya penghargaan yang didapat, tidak membuat besar kepala Ayah tiga anak dan satu cucu ini. Dukungan kepada pembatik muda terus diberikan sebagai rasa syukur atas semua keberuntungan yang telah didapat.

Dengan bahan-bahan alami seperti Getah Beringin, Perdu, akar-akaran, jamu-jamuan, sayuran dan kerang, Pemilik Museum Batik Sentalu ini menghasilan batik-batik inovasi. Sebut saja Batik Pilkada Dibatas Purba, Batik Duka Aceh Duka Kita, Batik masa Depan Buruh dan lain-lain. Pembatik yang juga pencetus Forum Cinta Anak Bangsa ini mendefinisikan karya-karyanya sebagai karya yang Nganeh-nganehi. (aneh). Namun dengan batik tematis dan batik multidimensi yang dipilihnya, penghargaan dari dalam maupun Luar negeri banyak berdatangan.Bahkan telah dikoleksi oleh: Giani Versace, Kenzo, John Galiano, Jenifer Lopez. Sedangkan dari kalangan Politisi tercatat: George W Bush, Nelson Mandela, Mahatir Muhamad, Presiden Kadafi- Libya. Maka tak heran kalau di dinding-dinding DPR banyak tertempel pigura-pigura foto pak daud dengan artis/politikus dalam dan luar negeri. Murid dari Tino Sidin dan alumnus S1 Filsafat & ilmu kemasyarakatan PTTP Sulawesi Utara ini berpesan secara singkat pada ahkir perbincangan “Saya harapkan agar anak muda sekarang tidak mengecilkan adat istiadat, jangan meninggalkan tradisi dan jangan berhenti mengembangkan budaya.” Siap pak daud!


Joy: Gimana?

Luhung: Oke kok. Mau dikirim sekarang?

Joy: Yup, sini biar aq email sekarang!

(Gambar diambil dari koleksi pribadi )



Tidak ada komentar: